A Short Journey to Balikpapan : Part I

Menjejakkan kaki di tanah orang adalah mimpi saya yang paling besar. Tanah di seluruh Indonesia dan dunia. Beberapa minggu lalu, saya berhasil mewujudkan mimpi saya itu dengan menjejakkan kaki di tanah Borneo untuk pertama kalinya. Walaupun sebenarnya kali ini bukan untuk fully traveling, tapi karena ada teman saya yang kebetulan menikah disana hehehehe, setidaknya saya tetap menyempatkan diri untuk mengenal budaya dan kota minyak di bumi Kalimantan Timur ini, Balikpapan.





Saya berangkat sekitar pukull lima sore waktu Jakarta dan sampai di Bandara Sepinggan, Balikpapan sekitar pukull 19.15 waktu Balikpapan yang lebih cepat 1 jam dari Jakarta. Begitu takjub sesampainya di Sepinggan, aktivitas bandara kelas internasional itu ternyata ramai sekali walaupun sudah malam. Di peron bandara, ada banyak orang-orang yang berlogat Kalimantan menawarkan jasa mereka untuk mengantar ke tempat yang dituju, kebanyakan menawarkan ke Samarinda. Lebih takjub lagi saat keluar bandara dan menelusuri jalanan kota Balikpapan yang ramai, dihiasi lampu jalan yang terang-benderang, rumah dan toko serta mal dan tempat makan elit berjejer di pinggir jalan. Sungguh diluar ekspektasi saya. Ternyata balikpapan bukanlah kota kecil di Kalimantan yang jauh dari peradaban. Kotanya memang tak bsebesar Jakarta, mungkin seluas Bandung, tapi pembangunannya sungguh mencengangkan.  Saya bahkan bisa melihat hampir 6 tempat karaoke NAV di sepanjang jalan yang berdekatan.







Bagaimana mungkin kota ini tidak berkembang pusat, Balikpapan-lah yang menjadi jantung pusat industri dan pertambangan di Kalimantan. Beberapa kilang minyak ternama milik asing dan lokal beroperasi disini seperti Pertamina, Total, Chevron, Schlumberger, dll. Begitu pula dengan pertambangan batu bara yang begitu banyak menempati lahan di bumi Borneo ini.

Menjelang pagi barulah saya menyadari kota kecil ini sangat bersih dan tertata rapi. Saya sama sekali tidak melihat sampah berserakan di pinggir jalan ataupun polusi debu di jalanannya. Bersih bangeeeet! Tidak ada juga penjual-penjual makanan di pinggir jalan ataupun di depan toko. Tidak ada pengemis atau gembel di lampu merah. Semuanya terlihat perfectly fit on their place.





Keteraturan dan kebersihan itupun terlihat sampai di daerah pasarnya. Saya menyempatkan diri berkunjung ke Pasar Kebon Sayur, sebuah pasar inpres yang khusus menjual barang-barang kerajinan khas Kalimantan. Tempat yang sangat tepat untuk membeli oleh-oleh khas Balikpapan. Di bagian depan pasar ini pun sangat bersih, tidak terlihat kumuh sama sekali walaupun pasarnya hanya pasar inpres biasa. Memasuki bagian dalam pasar, mata saya langsung disilaukan dengan beragam aksesoris dan kerajinan berukiran khas Kalimantan mulai dari kalung, cincin, gelang, aneka tas tangan, pakaian, senjata khas, sampai ke jamu obat kuat ramuan asli Kalimantan pun dijual disini. Aksesoris seperti kalung dan gelang pun dijual dalam beragam jenis, ukuran, dan warna, ada yang terbuat dari batu-batuan asli ada juga yang imitasi. Yang paling khas dari sini adalah aksesoris yang terbuat dari mote-mote kecil yang disusun sesuai motif Kalimantan yang kaya warna. Biasanya motif Samarinda dan Balikpapan berbeda, begitupun kualitasnya. Denger-denger motif Samarinda ataupun barang hasil kerajinan dari Samarinda lebih halus dan bagus daripada Balikpapan dan harganya pun lebih mahal.







Saya pun hanya mengincar beberapa aksesoris seperti kalung dan tas yang bermotif Kalimantan. Itu pun harus muter ke beberapa tempat dulu karena tiap toko pasang harga yang berbeda walaupun baranngnya sama. Oya, kalau mau belanja di sini ada baiknya ajak kenalan kita yang memang penduduk Kalimantan, biasanya harganya dikasih murah hehe...

Balikpapan juga terkenal dengan kekayaan kulinernya. Mau tau seperti apa penjelajahan kuliner saya disini. Saya akan share di postingan selanjutnya...

0 komentar:

Posting Komentar