Singapore Trip: Short Trip, Thousand Experiences

Kali ini kaki saya berhasil menginjak tanah negara tetangga kita, Singapura. Berbekal modal nekat dan tiket murah yang dibeli tahun 2011 lalu, impian kepingin tahu seperti apa negara ASEAN yang katanya terkenal strict to the city rules ini kesampaian juga.  Saya bersama empat teman wanita dan satu lelaki sengaja mengambil weekday biar tidak sesak napas bersaing dengan turis lain yang biasanya ramai di weekend. Lagipula di weekday pun kami bisa dapat tiket murah ke Singapura. Bermodal pengalaman backpacking amatiran, inilah cerita saya selama 2,5 hari di Singapura.

Day 1

Berangkat jam 17.25 dari Jakarta dan sampai di Singapore Changi airport jam 20.00 waktu Singapore setelah delay Air Asia selama 30 menit. Sampai di Changi kami sempat dibingungkan dengan bagaimana mencari loket pembelian EZ link, kartu khusus untuk naik MRT. Setelah berputar-putar selama hampir 1 jam dengan beragam versi salah dari orang-orang yang kami tanya tentang dimana stasiun MRT, akhirnya kami menemukan loketnya di Terminal 3. Jadi kami harus naik skytrain dari terminal 2 ke terminal 3, kemudian beli kartu isi ulang EZ link seharga SGD12 yang berisi SGD7 bisa dipakai untuk kira-kira 10 kali bolak-balik MRT. Dari Changi Airport kami naik MRT menuju stasiun transit Tanah Merah kemudian lanjut ke stasiun Bugis untuk menuju penginapan. Dari stasiun MRT Bugis, kami menunggu bus di depan Bugis Street Shopping kemudian turun di halte terdekat dengan Perak Road tempat hotel kami berada. Bus disini juga sistemnya self service. Kita bisa menggunakan EZ link yang sama untuk bayar tiket MRT. Pas masuk scan kartu di  depan pintu dan pas turun scan sekali lagi untuk membayar. Oya, kalau mau turun, kita diwajibkan memencet bel sebagai pemberitahuan kepada supir. Nggap oakai teriak-teriak "kiri bang!" Kayak disini haha.  Di Singapura sistem turunnya hanya di halte yang telah ditentukan. Jadi pastikan kamu menghapal halte tempat kamu turun ya, kalo tidak bisa-bisa kesasar kejauhan turunnya hehe. 


Penginapan kami terletak di 26A Perak Road, Little India District. Sebuah hostel bernama Footprints yang biasa disinggahi para backpackers. Untuk kelas hostel dengan harga terjangkau, fasilitas disini cukup memuaskan dan pelayanan resepsionisnya pun ramah sekali. Kami memesan kamar tipe dormitory campur dengan kapasitas 10 orang. Kamarnya sangat ngepas dengan 10 tempat tidur bertingkat, AC, kipas angin, dan loker. Awalnya agak kaget karena pertama kali masuk kamar di jam setengah 1 malam, ternyata kamar sudah di isi beberapa laki-laki bule yang sedang tidur hihihi. Karena saking kecapeannya. Hari pertama ini dihabiskan dengan tidur a la kadarnya sambil beradaptasi dengan kamar kelas backpackers yang malam itu terasa "panas" karena kedatangan kami haha.




Satu hal yang unik yang saya perhatikan sepanjang perjalanan menuju penginapan, selain betapa bersihnya stasiun, bus, jalanan dan MRT-nya Singapur, penduduk Singapura pun terbiasa rapi. Ga ada tuh antrian MRT dan bus sampai desak-desakkan. Di dalam MRT pun mereka ga berisik, rata-rata sibuk dengan gadget masing-masing. Mau menyebrang jalanpun disini rapi. Semua menyebrang di zebra cross yang disediakan. Satu lagi yang lucu ternyata Blackberry nggak laku disini, mereka lebih banyak memakai Android, Iphone ataupun tablet. Saya sangat jarang sekali melihat penumpang MRT memegang BB. 


Day 2


It's time for city tour! Yah di Singapura memang nggak ada tempat wisata yang menarik banget selain city tour sih menurut saya. Di pagi hari pukull 9, kami bergegas menelusuri Little India. Distrik dengan mayoritas penduduk berkebangsaan India ini dipenuhi dengan bau hio dan bau bunga-bungaan untuk sembahyang umat Hindu. Saya agak risih sebenarnya, karena baunya sangat menyengat hidung.  Disepanjang lorong-lorong jalan, banyak rumah-rumah yang rata-rata difungsikan sebagai toko di bawahnya. Kebudayaan India sangat kental terlihat dari cara mereka meletakkan bunga melati dan kembang warna-warni lainnya di depan pintu rumah ataupun toko. Disertai beberapa dupa kecil untuk sembahyang. Little India Arcade, Mustafa Centre dan Tekka Centre menjadi pusat bisnis disini. Menjual beragam kebutuhan dan juga oleh-oleh khas India bagi turis serta makanan khas mulai dari Nasi Dum Briyani, Roti Prata, Naan, Kari kambing, sampai ke beragam makanan berkari lainnya khas India. 






Setelah Little India District, kami menjejakkan kaki di Clarke Quay dan Boat Quay. Daerah yang terkenal dengan sungai dan kapal-kapal cantiknya ini aslinya memang entertainment center dan hanya ramai di sore sampai malam hari. Pas pagi-pagi kesini, semua resto dan bar masih tutup hehehe. Kata orang kalau mau menikmati night life dan romantisnya Singapur, mainlah kesini di sore menjelang malam. Lampu-lampu cantik dari kapal-kapal di sungai dan kafe-kafe warna-warni di pinggirnya really entertained you




Puas foto-foto dan keliling Clarke Quay, kami kemudian menyusuri jalan menuju Chinatown District. Siang itu cuaca singapur sangat sangat panas, anginpun tak berhembus. Namun entah mengapa berjalan di sepanjang trotoarnya yang bersih, kami tetap merasa nyaman. Beda jauh dengan Jakarta yang polusi di siang harinya bisa du kali lipat lebih parah dari malam hari. 




Sampai di Chinatown, kami berkeliling di Chinatown market, hunting souvenir murah disini salah satu tempatnya. Nggak hanya menjual pernak-pernik khas China, souvenir khas Singapur mulai dari gantungan kunci, tempelan kulkas, pin, kaos berlambangkan Merlion pun dijual rata-rata 5 for SGD10 atau 3 for SGD10 untuk kaos. Lumayan murah sih untuk dapat barang sebanyak itu di sini. Kemudian mampir ke Chinatown Food Market untuk makan Katong Laksa yang tersohor. Oya, di depan Chinatown Food Market ini ada kuil yang sangat cantik dan menjulang tinggi. Sayang, waktu kami kesini sedang hujan besar, jadi ga sempat berfoto di depannya. 




Sambil nunggu hujan, kami berteduh di masjid terdekat. Sambil meregangkan kaki dan refillmineral water ke tumbler kami. Kalau berwisata di Singapura ga usah repot-repot ngeluarin uang untuk beli air. Air disini mahal! Bawa aja tumbler sendiri terus isi di tempat-tempat pengisian air gratis yang biasanya tersedia di public area kayak masjid ini. Rute selanjutnya adalah Orchard Road, daerah pusat perbelanjaan Singapura yang tersohor itu. Disini kami hanya melihat-lihat saja, keluar masuk ke beberapa mal seperti Takashimaya dan Isetan. Saya juga akhirnya menemukan uncle ice cream yang terkenal itu. Es krim potong yang dijual seharga SGD1 dengan beragam rasa. Enak dan very affordable!




Rute selanjutnya adalah City Hall. Enaknya di Singapura sejauh apapun lokasinya, kalau ditempuh naik MRT semuanya jadi singkat dan nggak makan waktu hehe...di daerah City Hall, sepanjang Parliament Place, ada banyak gedung pusat pemerintahan Singapur dan museum. Lagi-lagi karena hujan, kami hanya bisa berfoto di depan gedung parlemen Singapura, City Hall-nya sendiri sedang di renovasi. Nggak jauh dari City Hall, terbentanglah dengan luas lautan yang diseberangnya menjulang tinggi Marina Bay Sands yang tersohor sebagai the biggest casino area in ASEAN ini. Di sekitar daerah Harbour Front ini juga ada gedung teater Esplanade yang unik karena berbentuk seperti durian, Merlion statue, Singapore flyer dan Central Business District Raffles City dengan gedung-gedung perkantorannya yang kokoh menjulang. Lokasi ini memang lokasi yang biasa dikunjungi para turis untuk sekedar berfoto di landmark-nya Singapur. Menelusuri Raffles City, melewati kawasan perkantoran CBD, kami menemukan Lau Pa Sat Festival Market, salah satu food court besar yang berisi beragam makanan. Kami menyempatkan mengisi perut disini dengan menyantap Nasi Dum Briyani yang porsinya luar biasa besar! Bahkan disajikan di nampan bukan di piring lho. Hanya SGD5 kami bisa makan kenyang senampan berdua haha...






Our today's final tourist attraction destination is Marina Bay Sands. Di sini kami sengaja menyempatkan untuk menonton Firework Festival yang diadakan setiap jam 8 dan 10 malam di Marrina Barrage, jadi semacam tempat duduk-duduk yang mirip teater dan fireworknya muncul di laut seberangnya. It's a magical and fantastic show actually. Memadukan visual effect berupa video bergerak dan bercerita, tata lampu yang luar biasa indah, dan kembang api yang pastinya bikin mulut saya ternganga. Sekitar 45 menit pengunjung dibuai oleh pertunjukan ini. 





Lepas dari Marina Bay Sands, kami kembali ke penginapan tapi sebelumnya menyempatkan diri belanja di Mustafa Centre, Little India District, soalnya takut besok gak sempet belanja. Mustafa Centre ini seperti ITC di Jakarta hanya saja bukanya 24 jam. Disini menjual beragam perlengakapan mulai dari pakaian, elektronik, perhiasan, aksesoris, sampai makanan dan pernak-pernik khas Singapura. Berburu cokelat dengan beragam merek dan harga murah bisa jadi pilihan yang tepat disini. Rata-rata harga cokelat impor atau asli made in Singapura dibanderol seharga SGD9 untuk kemasan box atau plastik dengan isi yang cukup banyak. 



Puas belanja, waktunya isi peruuut...karena kepengen banget nyobain Roti Prata khas India, akhirnya kami mampir di kedai roti prata tak jauh dari Mustafa Centre. Wah luar biasa banget disini ada roti prata yang gak hanya disajikan dengan kari, tapi juga roti prata kering bertabur gula dan karamel yang yummy banget! Liat deh bentuk segitinya gueede bangeet kan haha!




Day 3


Last day di Singapura. Hari ini saya dan teman-teman mengunjungi Sentosa Island. Untuk menuju resort ternama di Singapura itu, kita hanya perlu naik MRT sampai stasiun Harbour Front kemudian menuju lantai 4 Vivo City Mall dan berganti dengan monorail menuju Sentosa Island hanya dengan SGD3 yang bisa juga menggunakan saldo EZ Link kita. Di Sentosa Island tempat pertama yang kami tuju tentunya Universal Studio. Nggak afdol rasanya kalau sudah sampai USS namun nggak berfoto di depan globe studio yang sudah menghasilkan beragam film box office Hollywood itu. Sayangnya, saya dan teman saya memang nggak masuk ke USS-nya karena kami memang bukan pecinta theme park hehehe. Perjalanan kami lanjutkan berkeliling Sentosa Island, foto-foto di big Merlion, mengunjungi pantai Siloso dan berbelanja di Vivo City Mall. Ada sisa beberapa jam sebelum kembali ke airport untuk check in pulang, saya menyempatkan diri berbelanja di Bugis Street Market yang letaknya pas diseberang Bugis Junction, MRT Bugis. Disini pusatnya belanja pakaian dan aksesoris murah. Anggaplah ini Mangga Duanya Jakarta karena disini menjual banyak sekali pakaian wanita bergaya Korea dan Jepang dengan harga miring mulai dari SGD10 saja!





Puas berbelanja kami pun kembali ke penginapan untuk berkemas kembali dan berangkat ke airport jam 7 malam. Kemudian terbang lagi ke Jakarta jam 10 malam. Phiuh nggak kerasa liburan singkatnya selesai juga. Walaupun singkat setidaknya ada banyak pengalaman baru yang saya dapat selama di Singapura, terutama budaya disiplin dan bersih dari warga mereka. Wah, nggak sabar untuk traveling ke negara lain yang punya budaya unik lagi nih. Kemana ya kira-kira? 



Rincian Biaya Singapore Trip



Pesawat Air Asia PP promo = Rp548.000
Airport Tax = Rp150.000
Damri ke airport = Rp20.000
Kartu EZ Link for MRT + top up SGD10 = SGD22* = Rp158.400
Hostel / person = SGD34 = Rp244.800
Makan 4X @ SGD3 = SGD12 = Rp86.400
(Kurs Rupiah saat itu Rp7.200)


Total Pengeluaran tanpa biaya belanja = Rp1.207.600


Waw, ternyata 3 hari di Singapura a la backpacker hanya mengeluarkan biaya Rp1.207.600. Yah kalau di total sama belanjaan saya suih sekitar Rp1.500.000-an. Ini estimasi saja buat kalian yang kepingin trip ke Singapura tapi nggak mau kantong jebol. Tinggal pilih aja kalau mau backpacking-an ya jangan boros. Jangan kepengenan yang mewah-mewah apalagi belanja berlebihan. Inget backpacker yang cerdik itu adalah orang yang tau menggunakan uangnya seminimal mungkin tapi mendapatkan fasilitas semaksimal mungkin. Caranya: rajin searching dan jangan malu bertanya!


Simple and see you on my next trip, backpackers!

0 komentar:

Posting Komentar