2011 Reflection

Apa yang kita pikirkan saat mendengar kata Tahun Baru? Pasti yang terbersit pertama kali di pikiran kita adalah segala sesuatu yang baru, sesuatu yang dimulai diawal, atau diawali dengan sesuatu yang lebih baik. Namun, tahun baru sebenarnya bukan hanya sebuah konteks memulai sesuatu yang baru bagi saya. Bagaimana memulai sesuatu yang baru kalau kita tidak punya pengalaman di masa lalu. Untuk beberapa saat saya berpikir bahwa tahun baru seharusnya menjadi ajang melihat masa lalu, mempelajarinya, mensyukurinya, dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi di masa tersebut. Di tahun 2011, ada begitu banyak kenangan, pencapaian, kesedihan dan kegembiraan yang lengkap menyelimuti hidup saya. Saya bahkan berpikir bahwa saya tidak ingin meninggalkan tahun ini. Karena di tahun ini saya merasa saya benar-benar hidup, benar-benar jatuh, dan benar-benar bangun kembali dengan segala kekuatan dan keyakinan saya.

Diawali dengan sebuah keyakinan saya untuk memulai tahun baru 2011 dengan membuka diri setelah saya terpuruk selama dua tahun sejak hubungan asmara saya kandas di tahun 2009. Di awal tahun ini, saya benar-benar dipertemukan dengan seseorang yang berhasil membuka mata saya, membuat saya kembali tertawa, membuat saya terkejut dengan segala ide-idenya yang gila dan tentunya dengan cintanya yang tidak pernah bisa saya lukiskan. Pertemuan yang juga diluar dugaan saya bahwa saya dipertemukan oleh Tuhan dengannya melalui dunia maya. Kami mengenal satu sama lain di dunia maya sampai akhirnya kami bertatap muka dan akhirnya meyakinkan diri kami masing-masing untuk menyatukan perasaan kami dalam ikatan. Ada begitu banyak keraguan di hati saya saat pertama kalinya dia meminta saya menjadi kekasihnya, apalagi saya mengenalnya hanya sesaat dan sisanya hanya di dunia maya.

Namun,pelajaran yang bisa saya ambil saat itu adalah waktu tidak akan pernah terulang lagi. Hidup harus terus maju. Meskipun kadang masih dibayangi masa lalu, masa kini adalah jawaban paling pasti tentang apa yang harus kita jalani di masa depan. Di pikiran saya saat itu, saya hanya ingin hidup saya terus maju dan saya ingin di kehidupan masa datang saya ada ‘dia’ dan bukan masa lalu saya. Saya hanya butuh meyakinkan hati saya bahwa inilah jawaban dari semua doa saya. Tuhan pasti punya alasan mengapa Dia mengirimkan sosok seseorang seperti ‘dia’ di hidup saya. Dan rasa syukur akan keputusan saya saat itu terus saya panjatkan hingga saya menulis tulisan di akhir tahun ini. Dia memberi begitu banyak warna dan kejutan dalam hidup saya. Meskipun kami terpisah jarak dan waktu. Pulau dan lautan. Kami tetap pada satu keyakinan bahwa jarak justru menjadi pengikat dan pendekat hubungan kami.

Di tahun ini pula saya memberanikan diri saya untuk kembali menjelajahi indahnya negeri saya Indonesia. Sejak kecil saya mempunyai cita-cita untuk bisa travelling keliling dunia. Saya mengerti mengapa orang tua menganjurkan saya mengikuti organisasi sejak SD agar saya terbiasa hidup mandiri dan berani kemana-mana sendirian. Saya ingat pengalaman camping pertama saya ketika SD mulai dari di depan sekolah, hingga berkemah di bumi perkemahan Cibubur, sampai di hutan belantara saat saya kuliah. Semua itu saya jadikan modal untuk makin membuka diri saya akan dunia terutama Indonesia. Begitu banyak potensi pariwisata yang wajib rasanya saya kunjungi. Bukan hanya sekedar menantang adrenalin saya, tapi saya ingin menanamkan cinta negeri kepada diri saya sendiri. Salah satu motivator terbesar saya adalah kekasih saya saat ini. Saya mengagumi jiwa adventurernya yang tak pernah luntur sejak kecil. Dia selalu menanamkan dalam dirinya bahwa travelling is not about leisure, it’s about the journey itself and he’s done it through backpacking. Bahwa dengan travelling a la bacpkacers sekalipun u can get leisure more than the budget traveller can get and fortunately he’s right!

Melihat pengalamannya yang sudah berkeliling ke beberapa tempat eksotis di Indonesia, saya terpacu untuk melanjutkan perjalanan saya dengan backpacking. Biaya bukanlah soal penting asalkan kita bisa dengan bijak memanfaatkannya dan saya menikmatinya. Sampai penghujung tahun ini saya sudah berhasil menikmati indahnya beberapa dunia bawah laut Indonesia, menantang adrenalin saya di derasnya salah satu sungai lokasi rafting, mengagumi kawah tercantik, mendaki beberapa gunung dan tempat-tempat wisata lainnya. Dan tahun depan saya berjanji, saya akan terus berkeliling Indonesia, terutama menyelami lautannya dan tentunya memijakkan kaki saya ke luar negeri ini untuk pertama kalinya.

Dalam dunia karier saya, tahun ini juga menjadi batu loncatan pertama saya menapaki dunia kerja. Tuhan benar-benar baik hati pada saya memberikan sebuah perusahaan yang mau menerima saya sebegitu kekeluargaanya. Saya bertemu dengan oranng dengan beragam watak dan membuat saya merasa menemukan keluarga kedua saya. Walaupun tekanannya sangat berat, tapi disini saya menemukan pertemanan yang tidak pernah saya temui ditempat kerja saya sebelumnya. Tahun depan saya ingin memberikan karya saya lebih baik lagi untuk perusahaan ini. Bukan hanya karena saya ingin mendapatkan kemajuan dalam jenjang karir saya, namun bagi saya memberikan sesuatu bagi orang lain dan orang tersebut sukses dan bahagia adalah pencapaian terbesar dalam hidup saya.

Kesedihan juga melanda saya di tahun ini, untuk pertama kalinya saya melihat Papa tergolek lemah tak berdaya di rumah sakit. Pertama kalinya saya melihat orang yang selama ini kuat dan galak bahkan tak mampu mengingat nama saya dan adik-adik saya. Sedih. Terpukul. Lebih terpukul daripada kandasnya hubungan saya dua tahun lalu. Papa yang selama ini jauh dari saya dan saya yang jauh diberikan cobaan oleh Tuhan untuk membuat saya sadar bahwa selama ini saya kurang menyayanginya. Saya begitu sadar saya sangat sibuk dengan pekerjaan saya sampai hanya untuk berbincang dengannya pun saya tak sempat. Kejadian ini membuat saya sepenuhnya sadar, suatu saat orang tua pasti akan meninggalkan kita. Sempat tidak sempat satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha mendekatkan diri kepada beliau dan menyayanginya melebihi apapun. Saya ingat perkataan Raditya Dika di buku terbarunya, ‘Semakin dewasa umur kita, seharusnya semakin membuat kita lebih dekat dengan orang tua kita.’ Ya, dia benar, semakin dewasa urusan pribadi memang semakin banyak, mandiri memang diperlukan, tapi selama orang tua masih ada, kita tetaplah anak-anaknya, kita tetap butuh mereka dan mereka hanya butuh kehadiran kita di sela-sela kesibukan kita.

Akhirnya, di penghujung tahun ini, saya hanya ingin mensyukuri segala yang telah Tuhan berikan pada saya. Segala kesempatan, kebahagiaan, kesedihan, keraguan, kekecewaan, kedewasaan dan segalanya yang membuat saya lengkap di tahun ini. Harapan saya di tahun depan saya harus bisa jadi lebih banyak dalam mengatur waktu saya terutama untuk orang-orang yang saya cintai, mengatur waktu saya untuk bisa mengunjungi tempat-tempat eksotis di Indonesia dan dunia, terutama Kepulauan Karimun Jawa dan Derawan, saya harus bia mengunjunginya tahun depan. Saya harus bisa terus belajar sabar sambil memantapkan hati dan keyakinan saya pada seseorang yang mendampingi saya saat ini. Karena saya berharap dialah pelabuhan terakhir saya. Saya yakin kalau dia jodoh saya, kalau Tuhan sudah berkehendak, tahun depan pun Tuhan pasti memudahkan jalan saya dan dia untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Saya juga akan terus mewujudkan karier impian saya untuk menjadi jurnalis keliling dunia. Entah bagaimana caranya, saya hanya yakin saya bisa.

Apapun yang terjadi di tahun depan, saya akan menatapnya dan menjalaninya dengan segenap hati dan keyakinan saya. Selamat Tahun Baru 2012. Semoga Tuhan selalu bersama kita dan menuntun serta memudahkan jalan kita di tahun baru ini.

0 komentar:

Posting Komentar