Tetes hujan pelan-pelan membasahi perahu kami. Ombak semakin liar menampar setiap sisi perahu tersebut. Langit mulai menunjukkan amarhnya. Hingga gelap menyelimuti. Angin laut menusuk setiap inci kulit kami dan hujan besar pun kemudian mengombang-ambingkan kami di tengah lautan luas. Kami pasrah namun kami menikmatinya.
Tidak ada sedikitpun yang tidak saya dan teman-teman seperjalanan nikmati saat melakukan perjalanan kami Pulau Bira Kecil. Perjalanan yang sudah sekian lama kami rencanakan dan baru terlaksana di akhir tahun 2011 ini. Hari itu tepatnya Sabtu, 19 November 2011, saya dan keenam teman kuliah beserta satu teman satu klub renang memulai perjalanan kami menuju Pulau Harapan, salau satu pulau di Kepulauan Seribu. Kami sudah berkumpul lengkap dengan segala backpack kami di dermaga antar pulau Pelabuhan Muara Angke pukul 06.00 WIB. Buat saya ini perjalanan kedua saya mengunjungi kepulauan seribu, sebelumnya saya pernah menikmati indahnya Pulau Tidung dan pulau sekitarnya. Namun, bagi teman-teman saya inilah perjalanan pertama mereka. Maka tak heran sayalah yang dipercayakan mereka menjadi tour leader dalam trip ini. Sebagai amateur backpacker, saya tetap minta tolong orang lain dalam memudahkan kami mengunjungi pulau-pulau disana. Akhirnya, bertemulah saya dengan seorang Mas Hardi, yang bisa membantu kami berwisata di Pulau Harapan dan sekitarnya.
Pagi itu dermaga Muara Angke tidak terlalu ramai mungkin banyak orang berpikir dua kali untuk menyebrangi laut di musim hujan seperti sekarang ini. Tapi bagi saya dan teman-teman, backpacking is backpacking. No matter what happen, that’s why people called it as backpacking. Jadi, ya dinikmatin aja segala yang bakal terrjadi nanti hehehe...Sekitar pukul 07.00 WIB kami sudah duduk manis di dalam KM Dolphins, kapal yang khusus mengantarkan penumpang menuju Pulau Pramuka, Harapan dan sekitarnya. Kapalnya masih terlihat baru dengan cat putih biru yang masih berbau vernis sangat pekat. Karena dek atas dan tengah sudah penuh, terpaksalah kami duduk di dek paling bawah. It’s still comfortable though. Perjalanan sekitar 2,5 jam kami tempuh sambil setengah jam tidur, setengah jam foto-foto hahaha. Kapal KM Dolphin sendiri mampir dulu ke Pulau Pramuka mengantarkan penumpang yang ingin berlibur disana sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan dan merapat di dermaga Pulau Harapan sekitar pukul 10.30 WIB.
Dermaga Pulau Harapan hanyalah dermaga kecil yang seadanya. Disekitarnya pun laut tidak terlihat terlalu biru. Sepertinya Pulau Harapan memang bukan pulau wisata, hanya pulau singgah. Benar dugaan saya, pulau ini memang pulau padat penduduk yang tidak memiliki tempat wisata. Pulau ini hanya dikhususkan untuk tempat singgah para wisatawan atau backpacker yang ingin berwisata di Pulau Kelapa, Bira, dan sekitarnya, Jadi, anggaplah Pulau Harapan ini hotel tempat wisatawan menginap. Di depan dermaga, kami disambut dengan jembatan semen panjang yang menghubungkan dermaga dan pintu masuk pulau. Di kiri dermaga ada taman bermain dan uniknya saat itu sedang ada perkemahan sabtu-minggu (persami) yang diikuti oleh anak-anak pramuka. Lucu sekali melihat mereka mendirikan tenda di pinggiran pantai. Jadi ingat jaman SD dulu hehehe....
Sejauh mata memandang saya memang hanya melihat pulau yang dipadati dengan rumah-rumah penduduk dengan satu kantor keluharan di dekat gapura pintu masuk Pulau Harapan yang bertuliskan ‘Selamat Datang di Pulau Harapan’. Tepat disamping kantor kelurahan adalah penginapan kami. Wow, nggak nyangka dikasih satu rumah di pinggir laut langsung! Setelah Mas Hardi mengantar kami sampai masuk ke penginapan, kami langsung berbenah sambil menunggu makan siang. Penginapannya hanya sebuah rumah kecil namun bersih dengan dua kamar cukup besar dan satu kamar mandi. Sayang sekali di siang hari tidak ada listrik. Listrik hanya menyala mulai dari jam 7 malam sampai jam 12 siang. Jadi bayangkan betapa panasnya pas kami sampai disana siang hari nan terik listriknya sudah mati. Setelah beberapa menit berbenah, kami kemudian menuju tempat penginapan satu lagi untuk makan siang. Ternyata makan siang tidka diantar ke penginapan kami melainkan kami bergabung dengan grup lain. Saya tidak tahu dengan alasan apa. Cuma mungkin biar tidak menyusahkan warga sekitar sepertinya. Anyway, it’s no problem, kami malah bisa kenalan dengan teman-teman baru apalagi ada dua turis asing satu dari Belanda dan satu Malaysia yang ikut bergabung dengan kami. Satu hal unik yang saya perhatikan dari pemukiman Pulau Harapan sepanjang kami menuju tempat makan adalah di tiap rumah warga terdapat kebun pohon bakau. I mean setiap warga membudidayakan bakau dengan cara menanam di pot-pot kecil di depan rumahnya sebelum akhirnya di tanam di lepas pantai. Wow, it’s great step to save our environment. Mereka sepertinya tahu bahwa laut rawan abrasi, makanya mereka berusaha membudidayakan bakau sehingga bisa menjaga laut mereka tetap aman dan natural.
Setelah selesai pengarahan, semua life jacket telah dipakai (kalau saya pribadi agak tidak suka menggunkaan life jacket, karena tidak bebas berenang di lautnya hehehe, tapi bagi pemula, it’s a must to wear your life jacket!), dan semua peserta telah mendapat goggles dan finnya masing-masing, perahu kembali berjalan menuju spot snorkeling pertama kami yaitu Pulau Genteng Besar. Di pulau ini terumbu karangnya cukup menarik, walaupun memang mayoritas terumbu karang perairan Indonesia Barat apalagi yang air asin seperti Kepulauan Seribu ini berwarna cokelat, namun ada beberapa karang yang berwarna terselip diantara karang cokelat itu lho! It’s amazing melihat mawar laut warna kuning dan merah apalagi ada ikan nemo warna-warni juga. Waaww...I love this country so much! Sekitar 30 menit kami bersnorkeling ria disini. Teman-teman saya yang pemula pun ketagihan untuk eksplor lebih jauh.
Sekitar 30 menit, kami menikmatinya indahnya pulau tak berpenghuni ini. Saya begitu menikmati setiap detik berjemur disini. Menikmati debur ombak menjilati pinggir-pinggir pasir putih. Memandangi birunya langit dan laut. Menikmati setiap tamparan angin laut yang menyapu kulit dan rambut saya. Menikmati ketenangan yang tak pernah saya dapatkan di the city never sleep of Jakarta. Heaven. For sure. Ada pantai dan pulau seindah ini di lokasi yang sangat dekat dengan Jakarta adalah sebuah harta karun. Bahkan bule-bule yang ada satu grup dengan kami begitiu menikmati panasnya matahari dan berjemur beberapa menit lengkap dengan bikini andalannya.
Waktu terus berjalan, langit mulai berubah warna, arus laut perlahan menampar para snorkeler yang masih asik memandangai indahnya underwater Pulau Macan. Namun, kami diajak kembali pindah tempat ke spot terakhir yaitu Pulau Papatheo. Sayangnya, terumbu karang disini tidak terlalu bagus, lagipula hari sudah makin sore, arus sudah makin deras. Saya sendiri begitu tidak menikmati karena tubuh saya ditampar-tampar arus laut yang menyusahkan saya untuk memandangi terumbu karang. Akhirnya, banyak yang segera naik ke perahu dan hanya beberapa menit sesi snorkeling kami di pulau ini. Perahu pun diarahkan kembali ke Pulau Harapan. Sekitar hampir 1 jam perahu menerjang dinginnya angin laut yang mulai kencang. Menjelang magrib, satu hal yang kami nikmati adalah betapa indahnya sunset dari tengah lautan. Semburat jingganya melukiskan siluet alam yang luar biasa indah. Saya dan hampir seisi perahu terdiam memandanginya. Sungguh indah ciptaan Tuhan dan sungguh beruntung kami semua yang bisa menyaksikan fenomena alam ini dari luasnya lautan Indonesia.
Perahu merapat sekitar pukul 18.15 WIB. Kami langsung menuju penginapan untuk bilas dan mandi. Senangnya karena listrik sudah hidup dan AC pun nyala. Wuah, hawa-hawa ngantuk langsung menyerang kami hehehe. Setelah selesai bersih-bersih, kami makan malam di tempat pertama kali kami makan siang. Dengan menu ikan tongkol dan ikan bawal bakar, kami menikmati malam sambil bercengkarama dengan sesama backpacker lain. Saya sangat takjub saat mendengar cerita, Wendy, backpacker dari Belanda yang begitu membanggakan Indonesia bahkan sampai makanannya. Dia begitu antusias dengan makanan Indonesia yang spicy dan beragam. Saya suka sedih terkadang mendengarnya, seharusnya yang antusias seperti ini orang Indonesianya sendiri, bukan orang asing. Mungkin sudah saatnya kita orang Indonesia bangga dengan pariwisata negeri sendiri, walaupun memang tidak semurah dan semudah bepergian ke Singapura, namun pasti banyak cara untuk tetap menikmati keindahan alam dan wisata negeri Khatulistiwa ini. Kalau bule aja bisa bangga, mengapa kita tida. Tanya kenapa?
Day 2
Di hari kedua ini, kami sempat dibuat bimbang karena dari pagi hujan melanda Pulau Harapan yang artinya perahu tidka diizinkan melaut. Padahal kami berencana menikmati Pulau Putri namun sayangnya ditunda sampai hujan reda. Akhirnya, sekitar pukul 10.00, hujan sudah mulai reda dan kami kembali melaut untuk menuju Pulau Genteng Kecil. Pulau Genteng Kecil ini merupak pulau peristirahatan pribadi milik Adam Malik yang sekarang sudah dipindah tangankan kepada anaknya (saya lupa namanya). Pulau ini benar-benar asri, ditumbuhi dengna pohon ek besar-besar yang rimbun. Ada sebuah rumah peristirahatan yang bagus dan rumah kaca cukup besar untuk pameran sepertinya. Di bagian depan pulau juga ada satu gazebo dan rumah kecil yang isinya hanya kamar. Di sisi sebelah kanan pulau ada pasir putih dengan lautnya yang bening dan berwarna biru muda. Wow, coba saya yang punya pulau ini ya hahaha!
Kami disini hanya sekedar berfoto dan bermain air sebentar dikarenakan hujan turun kembali. Guide menyuruh kami kembali ke perahu dan menuju Pualu Kayu Angin tempat pertama kami pengarahan untuk menepi karena hujan makin besar. Sesampainya disana, hujan malah makin deras. Sebagian dari kami menunggu di dalam rumah penjaga pulau, sebagian lagi bertahan di dermaga. Hampir satu jam kami terjebak. Dinginnya angin laut benar-benar menusuk. Wajah-wajah cemas sudah menyelimuti kami semua. Nggak pernah membayangkan terjebak di hujan sederas ini ditengah lautan. Petir terus menyambar. Hujan tak ada tanda-tanda reda. Akhirnya semua sepakat memutuskan tetap kembali ke Pulau Harapan karena hari semakin siang dan kami tidak ingin ketinggalan kapal ke Jakarta. Dengan menguatkan hati, kami semua menaiki perahu yang sudah basah dengan air hujan. Tetes hujan pelan-pelan membasahi perahu kami. Ombak semakin liar menampar setia.p sisi perahu tersebut. Langit mulai menunjukkan amarhnya. Hingga gelap menyelimuti. Angin laut menusuk setiap inci kulit kami dan hujan besar pun kemudian mengombang-ambingkan kami di tengah lautan luas Semua menggigil kedinginan. Tidak ada suara. Dalam hati saya pun sedikit gelisah. Bagaimana kalau kami tiba-tiba tenggelam atau perahu kami terbalik. Namun, kami semua berusaha menjauhkan pikiran itu. Kami pasrah namun kami menikmatinya.
Ini hanya sebuah perjalanan, pasti ada cerita indah disetiap perjalanan seperti saat ini. Sesampainya di dermaga hujan sudah mulai reda walau masih rintik-rintik. Hati kami makin lega karena berhasil melewati hujan ditengah laut itu. Setelah bilas dan packing, sekitar pukul 13.00, KM Dolphin sudah menjemput kami kembali di dermaga. Enggan rasanya meninggalkan Pulau Harapan. Begitu banyak kenangan singkat disini. Namun, kami tetap harus kembali ke Jakarta. Menyongsong mimpi kami lagi demi mengejar mimpi selanjutnya. Mimpi saya tetap satu, menjelajahi pulau-pulau dan pantai-pantai indah Indonesia lainnya, bagaimana dengan mimpimu?
0 komentar:
Posting Komentar