1#Vietnam Trip: Welcome in Ho Chi Minh City

Í just don’t have any idea how can I stranded in such a communist country in Asia. Yeah, I just did meskipun sebenarnya semua sudah direncakan dari tahun yang lalu, but I thought the idea of having in a what-people-called-scam-city was not so bad. Then, on April 4-9 2013, I started my journey with my traveller partner in crime slash my boyfriend slash my mood crusher hahaha…Well, sebenarnya mau cerita dalam bahasa inggris, tapi I’m gonna give some direction which is I think is worth reading in Indonesia for some friends of mine in Indonesia yang lebih kepengen denger cerita dari saya dalam bahasa Indonesia sih…so, I decided to make this tiny stories (mmmmm I’m not sure this gonna be tiny unless I will have “curhat colongan”haha) in bilingual with some slangs and some bahasa gaul anak Jakarta haha…

Now, let me bring you to the last September 2012 when I got that super fantastic airfare. Men, I got Rp900.000 in return CGK-Ho Chi Minh City, kalo gak karena itu harga menggiurkan mungkin saya nggak akan nekat beli apalagi penerbangan ke HCMC kalo gak promo pasti bisa di atas 1,5 juta. Penerbangan saya dengan harga murah itu ada di jam 16.35 dan sampai di Tan Son Nath International Airport itu sekitar pukul 19:35. Agak sedikit melelahkan dua jam kesana dengan entah ketinggian berapa sampai-sampai saya nggak bisa melakukan equalizing dengan baik a.k.a kuping bener-bener budek pas sampai bandara HCMC (seumur-umur naik pesawat nggak pernah tuh kayak gitu). Well, Tan Son Nath International Aiport bandaranya bener-bener international jauh beda sama Soetta nih. Padahal negaranya belum semaju Indonesia but yeah who can resist Negara bekas jajahan Prancis sih, pasti lebih baik peradabannya daripada jajahan Belanda haha…Bandaranya mirip-mirip sama Changi dan dibagian imigrasi saya nggak dapat masalah berarti. Sekeluarnya dari bandara saya langsung mencari supir dari hostel yang sudah siap menjemput saya dan nggak pakai lama mencari saya sudah menemukan si mas-mas Vietnam yang mukanya mirip sama tipikal orang Indonesia hehe…Dia sudah membawa papan nama dengan nama Ms. Icha. Satu hal yang malesin di Vietnam itu adalah mayoritas penduduknya nggak bisa bahasa Inggris, jadi sama si supirnya ini saya Cuma nunjuk si papan yang bertuliskan nama saya dan dia langsung tersenyum kemudian membawa saya ke taksinya. Hahaha ternyata si hotel tetep memanggil taksi toh untuk menjemput saya.

                                                                                            Reliable Taxi - Vinasun

Di Vietnam yang terkenal dengan scam city itu memang sangat was was untuk mencari transportasi yang reliable. Unless you are brave enough to try such unreliable taxi or paid more, you better play save with your travel planning. Jadi, saya memilih mencari hostel yang menyediakan jasa antar jemput untuk memudahkan saya nggak ditipu taksi yang banyakan scammer itu. Normalnya, di HCMC mereka hanya punya dua reliable taxi Vinasun atau Mailinh, rata-rata mobilnya Avanza atau sedan. Taxi Mai linh warnanya putih dan hijau atau hijau sedangkan Vinasun lebih dominan warna putih. Cara mengenalinya sih mudah soalnya di badan taksinya tertulis jelas nama kedua taxi tersebut. Tapi di bandara apalagi malam hari mencari kedua taksi tersebut sangatlah susah, kalaupun ada pasti penuh dan harus mengantri. Jadi, cara paling aman I spent more for pick up lagipula harganya gak terlalu jauh beda. Dengan taksi dari airport ke pusat kota atau daerah backpackers Pham Ngu Lao dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit kita harus membayar sekitar USD7-8 sedangkan dengan airport pick up dari hostel kita harus bayar USD14. Buat saya sih nggak masalah, apalagi baru hari pertama kenal negaranya ditambah isu scamming. But thank’s God there’s nothing happen kok. Semuanya Cuma isu traveller yang ngak beruntung aja sih menurut saya hehehe….

                                                                          Lobby Saigon Backpackers Hostel

                                               Penampakan dapur, ruang makan, dan halaman hostel

FYI, kalau biasanya orang-orang sibuk mencari money changer di airport saya sarankan JANGAN! Jangan menukarkan USD kamu di airport karena rate-nya jauuuuh beda sama di pusat kota. You better change your Rupiah to VND di Indonesia seperlunya kemudian tukar sisanya di money changer yang tersebar di pusat kota. Kemarin sih harga di Indonesia 1 VND = 0,70 Rupiah, itu pun lebih tinggi dari harga normal di dalem Vietnam which is harusnya 1 VND = 0,46 Rupiah. Tapi lumayanlah daripada nggak nuker sama sekali dan saya sarankan menukarlah di money changer di FX Lifestyle Xçenter Sudirman. Saya lupa namanya, tapi itu hanya satu-satunya di FX, lokasinya di lantai dasar seberang Es Teler 77. Karena hanya disitu rate-nya paling rendah dari seluruh money changer yang sudah saya survey di Jakarta hehehe…

                                                                   Sarapan pagi dari Saigon Backpackers Hostel

Then, here I am in Saigon Backpackers Hostel, Pham Ngu Lao, District 1. Dari airport hanya 25 menit saja. Lokasinya diseberang terminal bus (lupa namanya) dan tertutup oleh pasar yang dimalam hari tutup. Awalnya agak horror juga karena supir taksinya berhenti di tengah jalan di depan terminal. Dengan bahas Vietnam yang gak jelas dia menelepon seseorang dan menyuruh kami menunggu 1 menit. He even only said “1 minute please” to us and we’re shocking. Duh, mau dikemanain ini kita, malah hostelnya nggak kelihatan. Jam sudah menunjukkan pukul 8, lalu lintas HCMC masih sangat ramai dan udaranya luar biasa panas dan nggak ada angin! Setelah cemas sambil kipas-kipas, si supir mengantar kami menyebrang jalan dan mempertemukan kami dengan seorang gadis seumuran saya memakai kacamata dan berwajah oriental khas cewek Vietnam. Owalah, ternyata kami dijemput sama resepsionis hostel. Ih sumpah baik bener! Her name is Chi Chi dan kami dituntunnya menelusuri lorong kecil di daerah Pham Ngu Lao yang di kanan kirinya berderet hostel untuk backpackers. Gang-nya sempit banget mirip gang-gang di pecinan Glodok sana, tapi banyak hostel-hostel mewah disini salah satunya si Saigon Backpackers Hostel ini. Tipikal rumah di Vietnam memang rumah ruko bertingkat. Hostel ini pun menempati ruko 5 lantai kalau nggak salah. Saya mendapatkan harga USD22 dari hostelbookers.com untu double room. Very affordable price apalagi dengan melihat fasilitas yang kami dapat! Chi Chi menyambut kami dengan sangat ramah dengan bahasa Inggris yang sangat lumayan. Ah emang deh satu-satunya orang Vietnam yang bisa bahasa Inggris emang gak jauh dari resepsionis hotel atau hostel hahaha…Memberikan kunci dan menjelaskan dimana saya bisa menemukan 24 hour shop dan resto. Lebih shock-nya lagi, dengan USD22 itu saya dapet kamar double yang lumayan banget! King size bed, AC, shower room dengan handuk dan toiletries, dan ada hairdryer yay! Kamarnya cukup luas untuk ukuran hostel, beda banget sama hostel-hostel di Jalan Jaksa dan enaknya di tiap lantai mereka hanya menempatkan dua kamar. Jadi, cukup private lah buat yang mau suasana tenang hehehe…

Salah satu sudut Pham Ngu Lao yg jadi trade mark jalan


Setelah beres-beres, saya kemudian keluar cari makan. Dari 373/27 Pham Ngu Lao lokasi si hostel, saya keluar gang, kemudian berbelok ke kanan dan menemukan Pham Ngu Lao main street dan disana lebih rame gilaaa daerahnya. I remember Kuta or Legian in the night. You will see hostels, 24 hour mini market, souvenir shops, tour and travel centres, bars and pubs even street food stalls along your walk! Ah feels like heaven! Di pinggir jalan kita bisa melihat budaya orang Vietnam yang doyan duduk di pinggiran jalan sambil makan mie khas negaranya Pho. Nggak yang muda dan tua semuanya berbaur di pinggir jalan, duduk di atas kursi-kursi kecil sambil menenggak bir atau menyeruput Pho, begitupun dengan backpackers yang mayoritas turis Eropa, mereka semua cuek aja ngebir di pinggir jalan sambil bercengkrama dengan sesame backpackers atau menggoda cewek-cewek Vietnam. Saya sendiri niatnya mencari restoran halal disinim tapi sayangnya saya tidak menemukannya. Memang kendalanya agak susah menemukan restoran halal disini, meskipun saya punya daftarnya, tapi di malam hari rasanya malas mencarinya. Jadi, saya hanya menikmati malam ini sambil melihat dan menghapal jalan hehehe…Membeli air mineral 1 liter seharga VND12.000 atau Rp.5000 saja di Shop n Go, gerai yang mirip Circle K dan beberapa cemilan yang harganya nggak sampai 10 ribu. Duh, seneng banget deh di Vietnam semua-nya terasa murah hehe…Well…malam pertama di HCMC saya tutup dengan tidur lebih cepat karena kuping masih budek sambil membicarakan dengan buddies saya rencana city tour besok.

Pham Ngu Lao yg penuh dgn turis di malam hari

 Jajanan pinggir jalan, cemilan, semuanya mirip sama Indonesia yah!

See my other post for other journeys at Vietnam, pals! 

Icha Khairisa, still missing Pham Ngu Lao in the night 


*Recommended Hostel in Saigon (HCMC)

Saigon Backpackers Hostels --> http://saigonbackpackershostel.com/

Saigon Youth Hostel --> http://saigonyouthhostel.com/

Dua hostel di atas merupakan afiliasi. Lokasinya hanya beda gang saja. Harga kamar doube-nya sama USD22/ 2 person atau USD8/person untuk 8 bed dormitory. 

*Tips komunikasi

Untuk pengguna blackberry atau handphone biasa. Saya sih menyarankan kalau stay-nya nggak terlalu lama lebih baik manfaatkan jasa wi-fi saja yeng tersedia mayoritas di hostel. Kalau nggak perlu-perlu amat menelepon ke Indonesia, lebih baik nggak usah beli simcard lokal karena harganya mahal menurut saya. Kemarin saya beli simcard untuk Ipad saja seharga 50 ribu hanya bisa dipakai untuk 3 hari haha! 

1 komentar:

  1. hai mba, mau tanya dong.

    sy jg bsk akan menginap di SaigonBackpackerHostel....tp sy rencananya naik bus, ga dijemput. jd kalau sy sudah di Ben Than market, sy hrs jalan ke arah mana ya? sy jd rada takut krn banyak gang2 itu...heheh

    thanks sebelumnya

    makasi sebelumnya.

    BalasHapus